Rabu, 16 November 2011

Motivasi Belajar



A.    MAKNA BELAJAR
Usaha pemahaman mengenai makan belajar diawali dengan mengemukakan beberapa definisi tentang belajar. Ada beberapa definisi tentang belajar, antara lain :
1.    Cronbach (Sardiman, 1996) : “Learning is shown by a change in behavior as a result of experience”.
2.  Harold Spears (Sardiman, 1996) : “Learning is to observe, to read, to imitate, to try something themselves, to listen, to follow direction”.
3.    Geoch (Sardiman, 1996) : “Learning is a change in performance as a result of practice”.
Dari ketiga definisi di atas, maka dapat diterangkan bahwa belajar itu senantiasa merupakan perubahan tingkah laku atau penampilan, dengan serangkaian kegiatan misalnya dengan membaca, mengamati, mendengarkan, meniru, dan lain sebagainya. Juga belajar itu akan lebih baik, kalau subjek belajar itu mengalami atau melakukannya, jadi tidak bersifat verbalistik.
Dalam arti luas, belajar diartikan sebagai kegiatan psiko-fisik menuju ke perkembangan pribadi seutuhnya. Kemudian dalam arti sempit, belajar dimaksudkan sebagai usaha penguasaan materi ilmu pengetahuan yang merupakan sebagian kegiatan menuju terbentuknya kepribadian seutuhnya.
                                  
 

B.     TUJUAN BELAJAR
Secara ringkasnya tujuan belajar ada tiga jenis, yaitu :
1.      Untuk mendapatkan pengetahuan.
Hal ini ditandai dengan kemampuan berfikir. Pemilikan pengetahuan dan kemampuan berfikir sebagai yang tidak dapat dipisahkan. Dengan kata lain tidak dapat mengembangkan kemampuan berfikir tanpa bahan pengetahuan, sebaliknya kemampuan berfikir akan memperkaya pengetahuan. Tujuan inilah yang memiliki kecenderungan lebih besar perkembangannya di dalam kegiatan belajar. Dalam hal ini peranan guru sebagai pengajar lebih menonjol.
2.      Penanaman konsep dan keterampilan.
Penanaman konsep atau merumuskan konsep, juga memerlukan suatu keterampilan. Jadi soal keterampilan yang bersifat jasmani maupun rohani. Keterampilan jasmani adalah keterampilan-keterampilan yang dapat dilihat, sehingga akan menitikberatkan pada keterampilan gerak/penampilan dari anggota tubuh seseorang yang sedang belajar. Sedangkan keterampilan rohani lebih rumit, karena tidak selalu berurusan dengan masalah-masalah keterampilan yang dapat dilihat bagaimana ujung pangkalnya, tetapi lebih abstrak, menyangkut persoalan-persoalan penghayatan dan keterampilan berfikir serta kreatifitas untuk menyelesaikan dan merumuskan suatu masalah atau konsep. Jadi semata-mata bukan soal “pengulangan”, tetapi mecari jawab yang cepat dan tepat.
3.      Pembentukan sikap.
Dalam menumbuhkan sikap mental, perilaku dan pribadi anak didik, guru harus lebih bijak dan hati-hati dalam pendekatannya. Pembentukan sikap metal dan perilaku anak didik tidak akan terlepas dari soal penanaman nilai-nilai. Oleh karena itu, guru tidak hanya sekedar pengajar tetapi betul-betul sebagai pendidik yang akan memindahkan nilai-nilai itu kepada anak didiknya.


C.     FAKTOR-FAKTOR PSIKOLOGIS DALAM BELAJAR
Belajar yang merupakan suatu proses kegiatan untuk mengubah tingkah laku si subjek belajar,ternyata banyak faktor yang mempengaruhinya. Dari sekian banyak faktor yang berpengaruh itu, secara garis besar dapat dibagi dalam klasifikasi faktor intern (dari dalam) diri si subjek belajar dan faktor ekstern (dari luar) diri si subjek belajar.
Proses belajar-mengajar itu akan berhasil baik, kalau didukung oleh faktor-faktor psikologis dari si pelajar. Dalam hal ini ada berbagai model klasifikasi pembagian macam-macam faktor psikologis yang diperlukan dalam kegiatan belajar. Thomas F. Staton (dalam Sardiman, 1996 : 39) menguraikan enam macam faktor psikologis itu.
1.      Motivasi
Seseorang itu akan berhasil dalam belajar, kalu pada dirinya sendiri ada keinginan utnuk belajar. Keinginan atau dorongan untuk belajar ini disebut dengan motivasi. Motivasi dalam hal ini meliputi dua hal :
a.       Mengetahui apa yang akan dipelajari
b.      Memahami mengapa hal tersebut patut dipelajari
Dengan berpijak pada kedua unsur motivasi inilah sebagai dasar permulaan yang baik untuk belajar. Sebab tanpa motivasi kegiatan belajar-mengajar akan sulit untuk berhasil.
2.      Konsentrasi
Konsentrasi dimaksudkan memusatkan segenap kekuatan atau perhatian pada suatu situasi belajar. Unsur motivasi dalam hal ini sangat membantu tumbuhnya proses pemusatan perhatian. Di dalam konsentrasi ini keterlibatan mental secara detail sangat diperlukan, sehingga tidak perhatian sekedarnya.
3.      Reaksi
Di dalam kegiatan belajar diperlukan keterlibatan unsur fisik maupun mental, sebagai wujud reaksi. Fikiran dan otot-ototnya harus dapat bekerja secara harmonis, sehingga subjek belajar itu bertindak atau melakukannya. Orang yang belajar harus aktif, bertindak dan melakukannya dengan segala panca inderanya secara optimal.
4.      Organisasi
Belajar dapat juga dikatakan sebagai kegiatan mengorganisasikan, menata atau menempatkan bagian-bagian bahan pelajran ke dalam suatu kesatuan pengertian. Dibutuhkan keterampilan mental untuk mengorganisasikan stimulus (fakta-fakta, ide-ide). Untuk membatu siswa agar cepat dapat mengorganisasikan fakta atau ide-ide dalam fikirannya, maka diperlukan perumusan tujuan yang jelas dalam belajar. Dengan demikian akan terjadi proses yang logis.
5.      Pemahaman
Pemahaman diartikan menguasai sesuatu dengan fikiran. Karena itu maka belajar berarti harus mengerti secara mental makna dan filosofinya, maksud dan implikasi serta aplikasi-aplikasinya, sehingga menyebabkan siswa dapat memahami suatu situasi. Mamhami maksudnya, menangkap maknanya, adalah tujuan akhir dalam setiap belajar. Pemahaman memiliki arti yang sangat mendasar yang meletakkan bagian-bagian belajar pada proporsinya. Tanpa itu, maka skill pengetahuan dan sikap tidak akan bermakna.
Dalam belajar, unsur pemahaman itu tidak dapat dipisahkan dari unsur-unsur psikologis yang lain. Dengan motivasi, konsentrasi, dan reaksi, subjek belajar dapat mengembangkan fakta-fakta, ide-ide atau skill. Perlu diingat bahwa pemahaman tidak sekedar tahu, tetapi juga menghendaki agar subjek belajar dapat memanfaatkan bahan-bahan yang telah difahami. Kemudian perlu ditegaskan bahwa pemahaman bersifat dinamis. Dengan ini diharapkan, pemahaman bersifat kreatif. Ia akan menghasilkan imajinasi dan fikiran yang tenang.
6.      Ulangan
Ulangan diperlukan untuk mengatsi kelupaan. Mengulang-ulang suatu fakta yang sudah dipelajari kemampuan para siswa untuk mengingatnya akan semakin bertambah. Kegiatan mengulang harus disertai fikiran dan bertujuan. 


D.    PENGERTIAN MOTIVASI
Kata “motif”, diartikan sebagai daya upaya yang mendorong seseorang untuk melakukan sesuatu. Motif dapat dikatakan sebagai upaya penggerak dari dalam dan di daam subjek, untuk melakukan aktivitas-aktivitas tertentu demi mencapai suatu tujuan. Berawal dari kata “motif” itu, maka motivasi dapat diartikan sebagai daya penggerak yang telah menjadi aktif.
Menurut Mc. Donald (dalam Sardiman, 1996 : 73), motivasi adalah perubahan energi dalam diri seseorang yang ditandai dengan munculnya “feeling” dan didahului dengan tanggapan terhadap adanya tujuan.
Motivasi dapat juga dikatakan serangkaian usaha untuk menyediakan kondisi-kondisi tertentu, sehingga seseorang itu mau dan ingin melakukan sesuatu, sehingga seseorang itu mau dan ingin melakukan sesuatu, dan bila ia tidak suka, maka akan berusaha untuk meniadakan atau mengelakkan perasaan tidak suka itu.
Dalam kegiatan belajar, maka motivasi dapat dikatakan sebagai keseluruhan daya penggerak di dalam diri siswa yang menimbulkan kegiatan belajar, yang menjamin kelangsungan dari kegiatan belajar dan yang memberikan arah pada kegiatan belajar, sehingga yang dikehendaki dapat tercapai.


E.     MACAM-MACAM MOTIVASI
1.      Motivasi dilihat dari dasar pembentukannya.
a.       Motif-motif bawaan.
Yaitu motif yang dibawa sejak lahir. Contohnya, dorongan untuk makan. Arden N. Frandsen memebri istilah Physiological drives.
b.      Motif-motif yang dipelajari.
Yaitu motif yang timbul karena dipelajari. Contohnya, dorongan untuk mempelajari suatu cabang ilmu pengetahuan. Frandsen mengistilahkan dengan Affiliative needs.
2.      Jenis motivasi menurut pembagian Woodworth dan Marquis.
a.  Motif atau kebutuhan organis, meliputi : kebutuhan untuk minum, makan, bernafas, dan sebagainya.
b.      Motif-motif darurat. Yang termasuk dalam jenis ini yaitu : dorongan untuk menolong orang lain.
c.       Motif-motif objektif.
3.      Motivasi jasmaniah dan rohaniah.
a.       Motivasi jasmaniah, seperti : refleks, instink otomatis, nafsu.
b.      Motivasi rohaniah, yaitu : kemauan.
4.      Motivasi intrinsik dan ekstrinsik.
a.       Motivasi intrinsik
Motif-motif yang menjadi aktif atau berfungsinya tidak perlu dirangsang dari luar.
b.      Motivasi ekstrinsik
Motif-motif yang berfungsinya karena adanya perangsang dari luar.


F.      BENTUK-BENTUK MOTIVASI DI SEKOLAH.
Di dalam kegiatan belajar-mengajar peranan motivasi baik intrinsik maupaun ekstrinsik sangat diperluakan. Cara dan jenis menumbuhkan motivasi adalah bermacam-macam. Tetapi untuk motivasi ekstrinsik kadang-kandang tepat dan kadang-kadang juga bisa kurang sesuai. Hal ini guru harus hati-hati dalam menumbuhkan dan memberi motivasi bagi kegiatan belajar para anak didik. Sebab mungkin maksudnya memberikan motivasi tetapi justru tidak menguntungkan perkembangan siswa. Ada beberapa bentuk dan cara untuk menumbuhkan motivasi dalam kegiatan belajar di sekolah, antara lain :
1.      Memberi angka
Angka dalam hal ini sebagai simbol dari nilai kegiatan belajarnya. Banyak siswa belajar karena mengejar nilai ulangan atau nilai raport. Angka-angka yang baik itu menjadi motivasi siswa yang sangat kuat. Namun guru harus tetap meningatkan bahwa pencapaian angka-angka seperti itu belum merupakan hasil belajar yang sejati.
2.      Hadiah
Hadiah dapat dikatakan sebagi motivasi, meski tidak selalu demikian.
3.      Saingan / kompetisi
Saingan atau kompetisi dapat digunakan sebagai alat motivasi utnuk mendorong belajar siswa. Persainga, baik persaingan individu maupun kelompok dapat meningkatkan prestasi belajar siswa.
4.      Ego-involnment
Menumbuhkan kesadaran kepada siswa agar merasakan pentingnya tugas dan menerimanya sebagai tantangan sehingga bekerja keras dengan mempetaruhkan harga dirinya. Ini adalah salah satu bentuk motivasi yang cukup penting.
5.      Memberi ulangan
Para siswa akan menjadi giat belajar kalau mengetahui akan ada ulangan. Oleh karena itu memberi ulangan ini juga merupakan sarana motivasi. Tetapi juga harus diperhatikan bahwa pemberian ulangan janganlah terlalu sering, seperti tiap hari, karena bisa membosankan. Dan hendaknya guru terbuka ketika akan diadakan ulangan.
6.      Mengetahui hasil
Dengan mengetahui hasil, apalagi apabila terjadi kemajuan, akan mendorong siswa untuk lebih giat belajar. Semakin mengetahui bahwa grafik hasil belajar meningkat, dengan suatu harapan hasilnya terus meningkat.
7.      Pujian
Apabila ada siswa yang sukses berhasil menyelesaikan tugas dengan baik, perlu diberikan pujian. Pujian ini adalah bentuk reinforcement yang positif dan motivasi yang baik.
8.      Hukuman
Hukuman sebagai reinforcement yang negatif tetapi kalau diberikan secara tepat dan bijak bisa menjadi alat motivasi.
9.      Hasrat untuk belajar
Hasrat untuk belajar, berarti ada unsur kesengajaan, ada maksud untuk belajar. Hal ini akan lebih baik, bila dibandingkan segala sesutau kegiatan yang tanpa maksud. Hasrat untuk belajar berarti pada diri anak didik itu memang ada motivasi untuk belajar, sehingga sudah tentu hasilnya akan lebih baik.
10.  Minat
Motivasi sangat erat hubungannya dengan unsur minat. Motivasi muncul karena ada kebutuhan, begitu juga dengan minat sehingga tepatlah kalau minat adalah alat motivasi yang pokok. Proses belajar akan lancar kalau disertai dengan minat. Mengenai minat ini antara lain dapat dibangkitkan dengan cara-cara berikut :
a.       Membangkitkan adanya suatu kebutuhan
b.      Menghubungkan dengan persoalan pengalaman yang lampau
c.       Memberi kesempatan untuk mendapatkan hasil yang baik
d.      Menggunakan berbagai macam bentuk mengajar.


 G.    MOTIVASI BELAJAR
Motivasi belajar adalah suatu nilai dan suatu dorongan untuk belajar. Anak tidak hanya sudi belajar namun menjadi menghargai dan menikmati aktivitas belajar seperti mereka menghargai dan menikmati hasil belajarnya.
Sesungguhnya setiap anak yang lahir memiliki motivasi belajar. Secara alamiah, anak-anak adalah para penjelajah yang selalu ingin tahu. Saat mulai bersekolah, tidak jarang motivasi belajar seorang anak tampak semakin berkurang. Ada beberapa kemungkinan penyebab mengendurnya motivasi belajar anak, seperti :
1.   Belajar di sekolah dilakukan dalam kelompok-kelompok dengan suatu kurikulum yang sudah dirumuskan serta sistem penilaian yang dilakukan terus-menerus.
2.    Mencapai pengetahuan dan keterampilan yang tinggi memang rumit, banyak persyaratannya dan menghabiskan banyak waktu, terutama bagi mereka yang kurang berbakat.
3.      Secara umum, motivasi adalah persendian energi yang terbatas yang harus dibagi antara diri kita dan dunia secara bijak.
Selain beberapa uraian di atas, tidak ada anak-anak yang sepenuhnya terhindar tiga penyebab menurunnya motivasi belajar.
1.      Desain sistem penilaian di sekolah
2.      Meningkatnya kompleksitas belajar yang sudah maju
3.      Daya tarik dan gangguan-gangguan dunia yang sangat hebat.
Namun, motivasi belajar bisa mengambil berbagai macam bentuk dan akhirnya menjadi suatu karakteristik pribadi yang secara luas ditentukan melalui proses belajar. Bila motivasi belajar seorang anak sudah berkembang dengan baik sebagai ciri pribadi, masa depannya akan diberkahi dengan penemuan, kesempatan, dan kontribusi.
Ada empat pengaruh utama dalam motivasi belajar seorang anak, yaitu : budaya, keluarga, sekolah, dan diri anak itu sendiri.


H.    FUNGSI MOTIVASI DALAM BELAJAR
Hasil belajar akan menjadi optimal, kalau ada motivasi. Makin tepat motivasi yang diberikan, akan makin berhasil pula pelajaran itu. Jadi motivasi senantiasa menentukan intensitas usaha belajar bagi para siswa.
Sehubung dengan hal tersebut, ada tiga fungsi motivasi, yaitu :
1.   Mendorong manusia untuk berbuat, jadi sebagai penggerak atau motor yang melepaskan energi. Motivasi dalam hal ini merupakan penggerak dari setiap kegiatan yang akan dikerjakan.
2.    Menentukan arah perbuatan, yakni ke arah tujuan yang hendak dicapai. Dengan demikian motivasi dapat memberikan arah dan kegiatan yang harus dikerjakan sesuai dengan rumusan tujuannya.
3.  Menyeleksi perbuatan, yakni menentukan perbuatan-perbuatan apa yang harus dikerjakan yang serasi guna mancapai tujuan, dengan menyisihkan perbuatan-perbuatan yang tidak bermanfaat bagi tujuan tersebut.
Disamping itu, ada juga faktor-faktor lain. Motivasi yang dapat berfungsi sebagai pendorong usaha dan pencapaian prestasi. Adanya motivasi yang baik dalam belajar akan menunjukkan hasil yang baik. Dengan kata lain bahwa dengan adanya motivasi, maka seseorang yang belajar itu akan dapat melahirkan prestasi yang baik. Intensitas motivasi seseorang siswa akan sangat menentukan tingkat pencapaian prestasi belajarnya.


Daftar Pusataka :

A.M, Sardiman. 1996. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta: Raja Grafindo Persada

Wlodkowski, Raymond J., dkk. 2004. Hasrat Untuk Balajar. Yogyakarta: Pustaka Belajar

Tidak ada komentar:

Posting Komentar