A.
MAKNA BELAJAR
Usaha pemahaman mengenai makan
belajar diawali dengan mengemukakan beberapa definisi tentang belajar. Ada
beberapa definisi tentang belajar, antara lain :
1. Cronbach (Sardiman, 1996) : “Learning
is shown by a change in behavior as a result of experience”.
2. Harold Spears (Sardiman, 1996) :
“Learning is to observe, to read, to imitate, to try something themselves, to
listen, to follow direction”.
3. Geoch (Sardiman, 1996) : “Learning
is a change in performance as a result of practice”.
Dari ketiga definisi di atas, maka dapat diterangkan bahwa belajar itu
senantiasa merupakan perubahan tingkah laku atau penampilan, dengan serangkaian
kegiatan misalnya dengan membaca, mengamati, mendengarkan, meniru, dan lain
sebagainya. Juga belajar itu akan lebih baik, kalau subjek belajar itu
mengalami atau melakukannya, jadi tidak bersifat verbalistik.
Dalam arti luas, belajar diartikan sebagai kegiatan psiko-fisik menuju ke
perkembangan pribadi seutuhnya. Kemudian dalam arti sempit, belajar dimaksudkan
sebagai usaha penguasaan materi ilmu pengetahuan yang merupakan sebagian
kegiatan menuju terbentuknya kepribadian seutuhnya.
Secara ringkasnya tujuan belajar ada
tiga jenis, yaitu :
1.
Untuk mendapatkan
pengetahuan.
Hal ini ditandai dengan kemampuan
berfikir. Pemilikan pengetahuan dan kemampuan berfikir sebagai yang tidak dapat
dipisahkan. Dengan kata lain tidak dapat mengembangkan kemampuan berfikir tanpa
bahan pengetahuan, sebaliknya kemampuan berfikir akan memperkaya pengetahuan.
Tujuan inilah yang memiliki kecenderungan lebih besar perkembangannya di dalam
kegiatan belajar. Dalam hal ini peranan guru sebagai pengajar lebih menonjol.
2.
Penanaman
konsep dan keterampilan.
Penanaman konsep atau merumuskan
konsep, juga memerlukan suatu keterampilan. Jadi soal keterampilan yang
bersifat jasmani maupun rohani. Keterampilan jasmani adalah
keterampilan-keterampilan yang dapat dilihat, sehingga akan menitikberatkan
pada keterampilan gerak/penampilan dari anggota tubuh seseorang yang sedang
belajar. Sedangkan keterampilan rohani lebih rumit, karena tidak selalu
berurusan dengan masalah-masalah keterampilan yang dapat dilihat bagaimana
ujung pangkalnya, tetapi lebih abstrak, menyangkut persoalan-persoalan penghayatan
dan keterampilan berfikir serta kreatifitas untuk menyelesaikan dan merumuskan
suatu masalah atau konsep. Jadi semata-mata bukan soal “pengulangan”, tetapi
mecari jawab yang cepat dan tepat.
3.
Pembentukan
sikap.
Dalam menumbuhkan sikap mental, perilaku
dan pribadi anak didik, guru harus lebih bijak dan hati-hati dalam
pendekatannya. Pembentukan sikap metal dan perilaku anak didik tidak akan
terlepas dari soal penanaman nilai-nilai. Oleh karena itu, guru tidak hanya
sekedar pengajar tetapi betul-betul sebagai pendidik yang akan memindahkan
nilai-nilai itu kepada anak didiknya.
C.
FAKTOR-FAKTOR PSIKOLOGIS DALAM BELAJAR
Belajar yang merupakan suatu proses
kegiatan untuk mengubah tingkah laku si subjek belajar,ternyata banyak faktor
yang mempengaruhinya. Dari sekian banyak faktor yang berpengaruh itu, secara
garis besar dapat dibagi dalam klasifikasi faktor intern (dari dalam) diri si
subjek belajar dan faktor ekstern (dari luar) diri si subjek belajar.
Proses belajar-mengajar itu akan
berhasil baik, kalau didukung oleh faktor-faktor psikologis dari si pelajar.
Dalam hal ini ada berbagai model klasifikasi pembagian macam-macam faktor
psikologis yang diperlukan dalam kegiatan belajar. Thomas F. Staton (dalam
Sardiman, 1996 : 39) menguraikan enam macam faktor psikologis itu.
1.
Motivasi
Seseorang itu akan berhasil dalam
belajar, kalu pada dirinya sendiri ada keinginan utnuk belajar. Keinginan atau
dorongan untuk belajar ini disebut dengan motivasi. Motivasi dalam hal ini
meliputi dua hal :
a.
Mengetahui apa yang akan dipelajari
b.
Memahami mengapa hal tersebut patut dipelajari
Dengan berpijak pada kedua unsur motivasi inilah sebagai
dasar permulaan yang baik untuk belajar. Sebab tanpa motivasi kegiatan
belajar-mengajar akan sulit untuk berhasil.
2.
Konsentrasi
Konsentrasi dimaksudkan memusatkan
segenap kekuatan atau perhatian pada suatu situasi belajar. Unsur motivasi
dalam hal ini sangat membantu tumbuhnya proses pemusatan perhatian. Di dalam
konsentrasi ini keterlibatan mental secara detail sangat diperlukan, sehingga
tidak perhatian sekedarnya.
3.
Reaksi
Di dalam kegiatan belajar diperlukan
keterlibatan unsur fisik maupun mental, sebagai wujud reaksi. Fikiran dan
otot-ototnya harus dapat bekerja secara harmonis, sehingga subjek belajar itu
bertindak atau melakukannya. Orang yang belajar harus aktif, bertindak dan
melakukannya dengan segala panca inderanya secara optimal.
4.
Organisasi
Belajar dapat juga dikatakan sebagai
kegiatan mengorganisasikan, menata atau menempatkan bagian-bagian bahan
pelajran ke dalam suatu kesatuan pengertian. Dibutuhkan keterampilan mental
untuk mengorganisasikan stimulus (fakta-fakta, ide-ide). Untuk membatu siswa
agar cepat dapat mengorganisasikan fakta atau ide-ide dalam fikirannya, maka
diperlukan perumusan tujuan yang jelas dalam belajar. Dengan demikian akan
terjadi proses yang logis.
5.
Pemahaman
Pemahaman diartikan menguasai sesuatu
dengan fikiran. Karena itu maka belajar berarti harus mengerti secara mental
makna dan filosofinya, maksud dan implikasi serta aplikasi-aplikasinya, sehingga
menyebabkan siswa dapat memahami suatu situasi. Mamhami maksudnya, menangkap
maknanya, adalah tujuan akhir dalam setiap belajar. Pemahaman memiliki arti
yang sangat mendasar yang meletakkan bagian-bagian belajar pada proporsinya.
Tanpa itu, maka skill pengetahuan dan sikap tidak akan bermakna.
Dalam belajar, unsur pemahaman itu
tidak dapat dipisahkan dari unsur-unsur psikologis yang lain. Dengan motivasi,
konsentrasi, dan reaksi, subjek belajar dapat mengembangkan fakta-fakta,
ide-ide atau skill. Perlu diingat bahwa pemahaman tidak sekedar tahu, tetapi
juga menghendaki agar subjek belajar dapat memanfaatkan bahan-bahan yang telah
difahami. Kemudian perlu ditegaskan bahwa pemahaman bersifat dinamis. Dengan
ini diharapkan, pemahaman bersifat kreatif. Ia akan menghasilkan imajinasi dan
fikiran yang tenang.
6.
Ulangan
Ulangan diperlukan untuk mengatsi
kelupaan. Mengulang-ulang suatu fakta yang sudah dipelajari kemampuan para
siswa untuk mengingatnya akan semakin bertambah. Kegiatan mengulang harus
disertai fikiran dan bertujuan.
D.
PENGERTIAN MOTIVASI
Kata “motif”, diartikan sebagai daya
upaya yang mendorong seseorang untuk melakukan sesuatu. Motif dapat dikatakan
sebagai upaya penggerak dari dalam dan di daam subjek, untuk melakukan
aktivitas-aktivitas tertentu demi mencapai suatu tujuan. Berawal dari kata
“motif” itu, maka motivasi dapat diartikan sebagai daya penggerak yang telah
menjadi aktif.
Menurut Mc. Donald (dalam Sardiman,
1996 : 73), motivasi adalah perubahan energi dalam diri seseorang yang ditandai
dengan munculnya “feeling” dan didahului dengan tanggapan terhadap adanya
tujuan.
Motivasi dapat juga dikatakan
serangkaian usaha untuk menyediakan kondisi-kondisi tertentu, sehingga
seseorang itu mau dan ingin melakukan sesuatu, sehingga seseorang itu mau dan
ingin melakukan sesuatu, dan bila ia tidak suka, maka akan berusaha untuk
meniadakan atau mengelakkan perasaan tidak suka itu.
Dalam kegiatan belajar, maka motivasi
dapat dikatakan sebagai keseluruhan daya penggerak di dalam diri siswa yang
menimbulkan kegiatan belajar, yang menjamin kelangsungan dari kegiatan belajar
dan yang memberikan arah pada kegiatan belajar, sehingga yang dikehendaki dapat
tercapai.
E.
MACAM-MACAM MOTIVASI
1.
Motivasi
dilihat dari dasar pembentukannya.
a.
Motif-motif bawaan.
Yaitu motif yang dibawa sejak lahir. Contohnya, dorongan
untuk makan. Arden N. Frandsen memebri istilah Physiological drives.
b.
Motif-motif yang dipelajari.
Yaitu motif yang timbul karena dipelajari. Contohnya,
dorongan untuk mempelajari suatu cabang ilmu pengetahuan. Frandsen
mengistilahkan dengan Affiliative needs.
2.
Jenis
motivasi menurut pembagian Woodworth dan Marquis.
a. Motif atau kebutuhan organis, meliputi :
kebutuhan untuk minum, makan, bernafas, dan sebagainya.
b.
Motif-motif darurat. Yang termasuk dalam jenis
ini yaitu : dorongan untuk menolong orang lain.
c.
Motif-motif objektif.
3.
Motivasi
jasmaniah dan rohaniah.
a.
Motivasi jasmaniah, seperti : refleks, instink
otomatis, nafsu.
b.
Motivasi rohaniah, yaitu : kemauan.
4.
Motivasi
intrinsik dan ekstrinsik.
a.
Motivasi intrinsik
Motif-motif yang menjadi aktif atau berfungsinya tidak
perlu dirangsang dari luar.
b.
Motivasi ekstrinsik
Motif-motif yang berfungsinya karena adanya perangsang
dari luar.
F.
BENTUK-BENTUK MOTIVASI DI SEKOLAH.
Di dalam kegiatan belajar-mengajar
peranan motivasi baik intrinsik maupaun ekstrinsik sangat diperluakan. Cara dan
jenis menumbuhkan motivasi adalah bermacam-macam. Tetapi untuk motivasi
ekstrinsik kadang-kandang tepat dan kadang-kadang juga bisa kurang sesuai. Hal
ini guru harus hati-hati dalam menumbuhkan dan memberi motivasi bagi kegiatan
belajar para anak didik. Sebab mungkin maksudnya memberikan motivasi tetapi
justru tidak menguntungkan perkembangan siswa. Ada beberapa bentuk dan cara
untuk menumbuhkan motivasi dalam kegiatan belajar di sekolah, antara lain :
1.
Memberi
angka
Angka dalam hal ini sebagai simbol dari nilai kegiatan
belajarnya. Banyak siswa belajar karena mengejar nilai ulangan atau nilai
raport. Angka-angka yang baik itu menjadi motivasi siswa yang sangat kuat.
Namun guru harus tetap meningatkan bahwa pencapaian angka-angka seperti itu
belum merupakan hasil belajar yang sejati.
2.
Hadiah
Hadiah dapat dikatakan sebagi motivasi, meski tidak
selalu demikian.
3.
Saingan /
kompetisi
Saingan atau kompetisi dapat digunakan sebagai alat
motivasi utnuk mendorong belajar siswa. Persainga, baik persaingan individu
maupun kelompok dapat meningkatkan prestasi belajar siswa.
4.
Ego-involnment
Menumbuhkan kesadaran kepada siswa agar merasakan
pentingnya tugas dan menerimanya sebagai tantangan sehingga bekerja keras
dengan mempetaruhkan harga dirinya. Ini adalah salah satu bentuk motivasi yang
cukup penting.
5.
Memberi
ulangan
Para siswa akan menjadi giat belajar kalau mengetahui
akan ada ulangan. Oleh karena itu memberi ulangan ini juga merupakan sarana
motivasi. Tetapi juga harus diperhatikan bahwa pemberian ulangan janganlah
terlalu sering, seperti tiap hari, karena bisa membosankan. Dan hendaknya guru
terbuka ketika akan diadakan ulangan.
6.
Mengetahui
hasil
Dengan mengetahui hasil, apalagi apabila terjadi
kemajuan, akan mendorong siswa untuk lebih giat belajar. Semakin mengetahui
bahwa grafik hasil belajar meningkat, dengan suatu harapan hasilnya terus
meningkat.
7.
Pujian
Apabila ada siswa yang sukses berhasil menyelesaikan
tugas dengan baik, perlu diberikan pujian. Pujian ini adalah bentuk reinforcement yang positif dan motivasi
yang baik.
8.
Hukuman
Hukuman sebagai reinforcement yang negatif tetapi kalau diberikan secara tepat dan
bijak bisa menjadi alat motivasi.
9.
Hasrat
untuk belajar
Hasrat untuk belajar, berarti ada unsur kesengajaan, ada
maksud untuk belajar. Hal ini akan lebih baik, bila dibandingkan segala sesutau
kegiatan yang tanpa maksud. Hasrat untuk belajar berarti pada diri anak didik
itu memang ada motivasi untuk belajar, sehingga sudah tentu hasilnya akan lebih
baik.
10. Minat
Motivasi sangat erat hubungannya dengan unsur minat.
Motivasi muncul karena ada kebutuhan, begitu juga dengan minat sehingga
tepatlah kalau minat adalah alat motivasi yang pokok. Proses belajar akan
lancar kalau disertai dengan minat. Mengenai minat ini antara lain dapat
dibangkitkan dengan cara-cara berikut :
a.
Membangkitkan adanya suatu kebutuhan
b.
Menghubungkan dengan persoalan pengalaman yang
lampau
c.
Memberi kesempatan untuk mendapatkan hasil yang
baik
d.
Menggunakan berbagai macam bentuk mengajar.
G.
MOTIVASI BELAJAR
Motivasi belajar adalah suatu nilai
dan suatu dorongan untuk belajar. Anak tidak hanya sudi belajar namun menjadi
menghargai dan menikmati aktivitas belajar seperti mereka menghargai dan
menikmati hasil belajarnya.
Sesungguhnya setiap anak yang lahir
memiliki motivasi belajar. Secara alamiah, anak-anak adalah para penjelajah
yang selalu ingin tahu. Saat mulai bersekolah, tidak jarang motivasi belajar
seorang anak tampak semakin berkurang. Ada beberapa kemungkinan penyebab
mengendurnya motivasi belajar anak, seperti :
1. Belajar di sekolah dilakukan dalam
kelompok-kelompok dengan suatu kurikulum yang sudah dirumuskan serta sistem
penilaian yang dilakukan terus-menerus.
2. Mencapai pengetahuan dan keterampilan yang
tinggi memang rumit, banyak persyaratannya dan menghabiskan banyak waktu,
terutama bagi mereka yang kurang berbakat.
3. Secara umum, motivasi adalah persendian energi
yang terbatas yang harus dibagi antara diri kita dan dunia secara bijak.
Selain beberapa uraian di atas, tidak
ada anak-anak yang sepenuhnya terhindar tiga penyebab menurunnya motivasi
belajar.
1.
Desain sistem penilaian di sekolah
2.
Meningkatnya kompleksitas belajar yang sudah
maju
3.
Daya tarik dan gangguan-gangguan dunia yang
sangat hebat.
Namun, motivasi belajar bisa
mengambil berbagai macam bentuk dan akhirnya menjadi suatu karakteristik
pribadi yang secara luas ditentukan melalui proses belajar. Bila motivasi
belajar seorang anak sudah berkembang dengan baik sebagai ciri pribadi, masa
depannya akan diberkahi dengan penemuan, kesempatan, dan kontribusi.
Ada empat pengaruh utama dalam
motivasi belajar seorang anak, yaitu : budaya, keluarga, sekolah, dan diri anak
itu sendiri.
H.
FUNGSI MOTIVASI DALAM BELAJAR
Hasil belajar akan menjadi optimal,
kalau ada motivasi. Makin tepat motivasi yang diberikan, akan makin berhasil
pula pelajaran itu. Jadi motivasi senantiasa menentukan intensitas usaha
belajar bagi para siswa.
Sehubung dengan hal tersebut, ada
tiga fungsi motivasi, yaitu :
1. Mendorong manusia untuk berbuat, jadi sebagai
penggerak atau motor yang melepaskan energi. Motivasi dalam hal ini merupakan
penggerak dari setiap kegiatan yang akan dikerjakan.
2. Menentukan arah perbuatan, yakni ke arah tujuan
yang hendak dicapai. Dengan demikian motivasi dapat memberikan arah dan
kegiatan yang harus dikerjakan sesuai dengan rumusan tujuannya.
3. Menyeleksi perbuatan, yakni menentukan
perbuatan-perbuatan apa yang harus dikerjakan yang serasi guna mancapai tujuan,
dengan menyisihkan perbuatan-perbuatan yang tidak bermanfaat bagi tujuan
tersebut.
Disamping itu, ada juga faktor-faktor
lain. Motivasi yang dapat berfungsi sebagai pendorong usaha dan pencapaian
prestasi. Adanya motivasi yang baik dalam belajar akan menunjukkan hasil yang
baik. Dengan kata lain bahwa dengan adanya motivasi, maka seseorang yang
belajar itu akan dapat melahirkan prestasi yang baik. Intensitas motivasi
seseorang siswa akan sangat menentukan tingkat pencapaian prestasi belajarnya.
Daftar Pusataka :
A.M, Sardiman. 1996. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta:
Raja Grafindo Persada
Wlodkowski, Raymond J., dkk. 2004. Hasrat Untuk Balajar. Yogyakarta:
Pustaka Belajar
Tidak ada komentar:
Posting Komentar