Rabu, 16 November 2011

Bimbingan Dalam Mengatasi Kurangnya Motivasi Belajar

Pada post sebelumnya, saya sudah sedikit menyinggung tentang Motivasi Belajar, dari mulai apa itu belajar ? apa itu motivasi ? dan bagaimana motivasi itu ?
Namun tulisan saya hanya terhenti pada fungsi dari motivasi dalam belajar... nah, pada post kali ini akan ada seperti apa perilaku kurang motivasi dan sedikit cara mengatasinya...


A.    BENTUK PERILAKU KURANG MOTIVASI BELAJAR
Perilaku individu atau kegiatan belajar peserta didik didorong oleh suatu atau beberapa motif, walaupun dapat juga dihambat oleh motif lain di luar belajar.
Sumber motivasi dapat datang dari dirinya, kesadaran dan pemikiran dirinya, dapat juga datang dari luar, dari orang tua, guru, sekolah, dan teman-temannya. Motivasi belajar ada kalanya muncul dan sejalan dengan tujuan belajar, seperti menguasai ilmu pengetahuan, motivasi yang demikian dikelompokkan sebagai motivasi intrinsik. Ada kalanya motivasi belajar didorong oleh hal-hal lain di luar belajar, tetapi masih ada hubungannya dengan belajar, seperti ingin mendapatkan ijazah, motivasi ini dikelompokka sebagai motivasi ekstrinsik. Motivasi yang baik adalah yang bersifat intrinsik, tetapi motivasi ekstrinsik juga tetap bermanfaat asal tidak mengarah pada perbuatan-perbuatan negatif, seperti memalsu tugas. Di dalam rangka program bimbingan dan konseling, baik motivasi positif maupun negatif sama pentingnya.
Banyak bentuk perilaku sebagai gejala dari kurangnya motivasi belajar pada siswa. Bentuk-bentuk perilaku tersebut dikelompokkan menjadi empat kelompok perilaku kurang motivasi belajar, sebagai berikut :
1.     Kelesuan dan ketidak berdayaan, seperti malas, enggan, lamat bekerja, mengulur waktu, pekerjaan tidak selesai, kurang konsentrasi, acuh tak acuh, apatis, perasaan pusing-pusing, mual, mengantuk, dan sebagainya.
2.     Penghindaran atau pelarian diri, seperti absen dari sekolah,bolos, tidak mengikuti pelajaran tertentu, tidak mengerjakan tugas, tidak mencatat, pelupa dan sebagainya.
3.     Penentangan, seperti kenakalan, suka mengganggu, merusak, tidak menyukai sesuatu pelajaran atau kegiatan, mengkritik, berdalih dan sebagainya.
4.  Kompensasi, seperti mencari kesibukan lain di luar jam pelajaran, mengerjakan tugas lain pada waktu belajar, menahulukan pekerjaan yang tidak penting dan sebagainya.


B.      MENELITI SEBAB-SEBAB KURANG MOTIVASI BELAJAR
Tugas guru dalam mengajar tidak hanya menyajikan bahan pelajaran, tetapi juga menciptakan situasi kelas, interaksi, kerjasama, memberikan araha, petunjuk, motivasi agar siswa belajar secara optimal. Proses penguasaan pengetahuan, nilai-nilai, keterampilan dan pengembangan kemampuan berpikir membutuhkan dukungan suasana lingkungan yang kondusif, terutama suasana lingkungan sosial dalam kelas.
Kondisi emosional para peserta didik akan berpengaruh besar terhadap perkembangan kemampuan berpikir, keterampilan, bahkan keseluruhan pribadi siswa. Dengan demikian suasana kelas dan perlakuan guru dapat menjadi penyebab pertama dari besar atau kecilnya motivasi siswa.
Penyebab kedua adalah datang dari lingkungan keluarga. Orangtua masing-masing berperan menciptakan suasana belajar yang kondusif di rumah, menyediakan sarana dan fasilitas belajar yang dibutuhkan siswa. Keluarga juga perlu memberikan dukungan sosial dan emosional.
Disamping faktor-faktor yag bersumber dari sekolah dan keluarga, motivasi belajar juga dapat datang dari diri siswa sendiri. Kondisi kesehatan yang prima, baik kesehatan jasmani maupun rohani menjadi dasar yang kuat bagi tumbuhnya motivasi belajar.
Kurangnya motivasi siswa pasti ada sebabnya. Maka, disini saya akan membahas mengenai cara-cara meneliti latar belakang kurang motivasi belajar. Seperti halnya pada masalah-masalah bimbingan dan konseling pada umumnya, pada masalah rendahnya motivasi yang dioba diperbaiki atau dihilangkan bukan motivasinya, tetapi hal-hal yang melatarbelakanginya.
Guru pembimbing perlu mengupulkan data terlebih dahulu. Kegiatan pengumpulan data ini dapat dikelompokkan menjadi 2, pertama mengkaji data yang telah tersedia di catatan pribadi dan yang kedua menghimpun data baru yang masih harus dikumpulkan dari beberapa sumber.
Setelah terkumpul, data sementara tersebut dapat ditarik kesimpulan umum tentanghal-hal yang melatarbelakangi perilaku-perilaku siswa yang bermotivasi rendah. Berdasarkan kesimpulan dari data tersebut sudah dapat disusun perkiraan atau kemungkinan sementara masalah-masalah yang dihadapi siswa tersebut. Terhadap perkiraan ini belum bisa dipilihkan cara pemebrian bantuannya, tetapi perkiraan ini sangat berguna untuk melokalisasikan masalah dan data yang aakn dihimpun kemudian.
Tahap berikutnya adalah mengadakan usaha untuk menghimpun data kembali berkenaan dengan segi-segi yang belum lengkap datanya dan belum diungkap. Guru pembimbing dapat melakukan penghimpunan data kembali dengan menggunakan teknik dan instrumen pengumpulan data : kunjungan rumah, wawancara dengan siswa, observasi di kelas, dan analisis hasil pekerjaan mereka.


C.      MENYUSUN PERKIRAAN MASALAH DAN ALTERNATIF BANTUAN
Dengan data yang dari kedua kedua usaha tersebut, guru pembimbing dapat mencoba menyimpulkan apa masalah yang dihadapi oleh siswa tersebut. Guru pembimbing berusaha mencari, mengambil, menghimpun, mempelajari, menganalisis, menginterpretasikan data tentang individu manusia. Dapat diketaui bahwa, kehidupan individu manusia itu kompleks dan dinamis, banyak sekali faktor yang mempengaruhinya. Reaksi individu terhadap faktor-faktor tersebut juga sangat beragam, berbeda pada setiap tahap perkembangan dalam setiap tempat dan waktu.
Karena yang dapat diamati terbatas, apa yang dapat dieroleh juga terbatas maka kesimpulan yang dapat ditarik dari suatu perilaku individu juga terbatas. Dengan perkataan lain guru pembimbing dalam menyimpulkan sesuatu masalah yang dihadapi seorang siswa adalah terbatas. Keterbatasan tersebut ditambah lagi dengan keterbatasan kemampuan konselor atau guru pembimbing dalam memaknai data. Meskipun datanya lengkap tetapi kemampuan guru pembimbing memakanai data tersebut terbatas, dibatasi oleh pendidikan dan latihan yang diikuti, pengalaman, potensi dan kecakapannya sendiri.
Seorang guru pembimbing tidak dapat memberikan kesimpulan yang pasti tentang sesuatu masalah. Untuk menghindari kelemahan dan keterbatasan tersebut, maka dalam membuat kesimpulan masalah yang dihadapi siswa hendaknya dirumuskan bentuk alternatif perkiraan atau kemungkinan masalah. Hal ini membantu untuk membandingkan, alternatif mana yang lebih kuat.
Setelah merumuskan kemungkinan-kemungkinan masalah yang dihadapi siswa, maka langkah selanjutnya adalah memilih dan merumuskan kemungkinan layanan bantuan : bimbingan dan konseling yang paling tepat digunakan untuk mengatasi masalah tersebut. Dalam langkah ini kegiatannya tidak terbatas hanya kepada penentuan jenis layanan bantuan dan siapa yang memberikan layanan, tetapi juga perlu dipertimbangkan kemungkinan keberhasilannya, hambatan dan resiko-resikonya yang mungkin dihadapi.
Di dalam pelaksanaannya perlu dipilih jenis layanan, pendekatan dan teknik bimbingan dan konseling yang tingkat kesulitannya sesuai dengan kemampuan guru pembimbing memberikan hasil optimal dan resiko yang minimal.


D.    MEMBANGKITKAN MOTIVASI BELAJAR
Di samping pemberian layanan-layanan secara khusus, terhadap siswa yang kurang memiliki motivasi belajar, dengan latar belakang masing-masing yang secara khusus pula, guru pembimbing dapat melakukan berbagai kegiatan untuk meningkatkan motivasi belajar para siswa. Pembangkitan motivasi ini, dapat dilakukan secara langsung oleh guru pembimbing sendiri, dapat juga dilakukan melalui guru kelas, guru bidang studi atau guru-guru pembina kegiatan ekstra kurikuler.
Guru pembimbing dapat melakukan upaya-upaya dalam membangkitkan motivasi belajar siswa, upaya tersebut, yaitu :
1)   Guru pembimbing dapat memberikan informasi, penjelasan disertai dengan contoh-contoh tentang pentingnya belajar, kemajuan-kemajuan yang dapat dicapai dengan belajar, orang-orang sukses karena rajin dan giat belajar.
2)  Memberikan pujian, ganjaran ataupu hadiah bagi kelas, kelompok atau individu siswa yang berprestasi, untuk membangkitkan motivasi belajar secara sederhana.
3)    Memberikan panghargaan terhadap pribadi anak. Karena setiap orang termasuk anak-anak ingin diterima dan dihargai.
Tidak hanya guru pembimbing, pembangkitan motivasi belajar siswa juga dapat dilakukan oleh guru kelas maupun guru bidang studi. Upaya-upaya tersebut, antara lain :
1)     Menjelaskan manfaat dan tujuan dari pelajaran yang diberikan.
2)  Memilih materi atau bahan pelajaran yang betul-betul dibutuhkan oleh siswa. Sesuatu yang dibutuhkan akan menjadi menjadi menarik minat siswa. Dan minat merupakan salah satu bentuk motivasi.
3)  Memilih cara penyajian yang bervariasi, sesuai dengan kemampuan peserta didik dan banyak memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk mencoba dan erpartisispasi.
4)      Memberikan kesempatan kepada siswa untuk sukses. Seperti dengan memberikan tugas yang yang kira-kira dapat dikerjakan dengan baik oleh siswa, agar siswa dapat merasa sukses.
5)      Memberikan kemudahan dan bantuan dalam belajar.
6)      Memberikan pujian, ganjaran, ataupun hadiah. Sama dengan guru pembimbing, guru kelas dan guru bidang studi juga dapat membakitkan motivasi belajar melalui pujian, ganjaran dan juga hadiah.


 Daftar Pustaka



A.M, Sardiman. 1996. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta: Raja Grafindo Persada

Wlodkowski, Raymond J., dkk. 2004. Hasrat Untuk Balajar. Yogyakarta: Pustaka Belajar

Tidak ada komentar:

Posting Komentar